Istilah doom spending pertama kali mencuat pada akhir tahun 2022 dan semakin populer sepanjang 2023. Fenomena ini menggambarkan perilaku konsumtif impulsif yang dipicu oleh kecemasan dan stres akibat ketidakpastian ekonomi, seperti inflasi yang melonjak dan ancaman resesi global. Mirip dengan doomscrolling—kebiasaan terus-menerus mengonsumsi berita negatif—doom spending merupakan reaksi emosional terhadap kekhawatiran tentang masa depan yang tidak pasti. Fenomena ini semakin diperparah oleh momen diskon besar pada tanggal-tanggal kembar, yang mendorong konsumen untuk membeli barang-barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan, hanya karena kesempatan diskon yang terbatas.
Kondisi ini menyebabkan banyak konsumen merasa cemas dan tidak yakin akan kemampuan mereka untuk memenuhi kebutuhan finansial di masa depan, sehingga mereka sering kali merespons dengan melakukan pembelanjaan berlebihan. Tindakan ini, meskipun memberikan kepuasan sesaat, sebenarnya lebih bertujuan untuk mengalihkan pikiran dari kecemasan yang mendalam. Namun, pengeluaran impulsif ini justru memperburuk kondisi keuangan pribadi, terutama ketika dilakukan tanpa perencanaan yang matang. Dalam situasi ekonomi yang tidak stabil, seperti saat inflasi tinggi atau ancaman resesi, perilaku ini dapat merusak daya tahan finansial individu, mengurangi kemampuan mereka dalam menghadapi tantangan jangka panjang.
Para ekonom dan psikolog perilaku menilai bahwa doom spending tidak hanya berdampak pada kesejahteraan finansial individu, tetapi juga berpotensi mengganggu stabilitas ekonomi secara lebih luas. Dampaknya dapat dirasakan oleh masyarakat, terutama ketika banyak orang terjebak dalam siklus pengeluaran yang tidak produktif. Karena itu, para ahli keuangan menyarankan agar masyarakat lebih bijak dalam mengelola keuangan dan menghindari godaan pengeluaran impulsif, terutama di tengah situasi ekonomi yang penuh ketidakpastian. Langkah-langkah seperti pengendalian diri dalam belanja, perencanaan keuangan yang matang, dan pemahaman akan prioritas keuangan menjadi kunci untuk keluar dari lingkaran doom spending ini.
Strategi Menghadapi Doom Spending
Beberapa solusi yang direkomendasikan untuk mengatasi doom spending antara lain adalah kesadaran dalam pengeluaran atau mindful spending. Konsumen disarankan untuk menunda keputusan pembelian selama 24 jam agar dapat mempertimbangkan kembali kebutuhan dan urgensinya. Selain itu, membuat pengingat visual tentang tujuan keuangan jangka panjang, seperti menabung untuk pendidikan atau pensiun, dapat membantu menghindari godaan belanja berlebihan.
Membuat anggaran harian atau mingguan yang ketat juga menjadi salah satu langkah yang dianjurkan, karena dapat mencegah terjadinya pengeluaran di luar batas yang telah ditetapkan. Strategi lain yang dapat diterapkan adalah mengubah lingkungan yang memicu belanja berlebihan, seperti membatasi kunjungan ke pusat perbelanjaan atau menghapus aplikasi belanja dari ponsel.
Pentingnya Pengelolaan Stres
Perilaku doom spending sering kali muncul sebagai respons terhadap stres, sehingga pengelolaan stres yang lebih baik menjadi kunci untuk mengatasinya. Mengalihkan stres dengan kegiatan non-finansial seperti olahraga, meditasi, atau mengembangkan hobi yang tidak membutuhkan banyak biaya dapat menjadi solusi. Jurnal pengeluaran emosional juga disarankan untuk membantu individu mengenali pola perilaku konsumtif mereka.
Dalam menghadapi ancaman doom spending, solusi-solusi ini dapat membantu menciptakan struktur keuangan yang lebih stabil dan membentuk kebiasaan belanja yang lebih sehat. Bagi mereka yang kesulitan mengontrol kebiasaan ini, berkonsultasi dengan perencana keuangan atau terapi keuangan bisa menjadi langkah bijak untuk mendapatkan bantuan profesional. (Ed: Olan)