DISF: Celengan Raksasa Negara dengan Potensi Besar, Tapi Bisa Menjadi Bumerang!

Diproyeksikan menjadi Sovereign Wealth Fund (SWF) terbesar ke-empat di dunia, Danantara Indonesia Sovereign Fund (DISF) menghadirkan harapan besar bagi perekonomian Indonesia. Namun, seperti sebuah celengan raksasa, potensi dana yang dikelola oleh Danantara bisa berisiko jika tidak dikelola secara hati-hati dan transparan. Meskipun tujuannya mulia untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, banyak tantangan dan risiko yang perlu dihadapi agar Dana ini tidak justru menjadi bumerang bagi negara.

Celengan Raksasa yang Berisiko Tak Optimal

Bayangkan Danantara sebagai celengan besar yang menyimpan dana luar biasa banyaknya, namun jika celengan itu dikelola tanpa perencanaan yang matang dan pengawasan yang ketat, maka bisa jadi ia tidak berfungsi optimal, bahkan berisiko menimbulkan kerugian besar. Uang yang seharusnya menjadi alat untuk kemajuan ekonomi bisa malah mengendap atau digunakan secara tidak tepat sasaran, karena tidak ada yang mengawasi secara seksama.

Sama seperti halnya sebuah celengan yang jika dibiarkan sembarangan bisa terpecah atau hilang, Danantara pun bisa kehilangan tujuannya jika tidak dikelola oleh orang yang tepat dan dengan standar yang tinggi.

Siapa yang Harus Mengelola dan Mengawasi?

Jika Danantara adalah “celengan raksasa”, maka ada banyak pihak yang harus ikut bertanggung jawab untuk mengelola dan mengawasi agar dana tersebut digunakan dengan tepat. Beberapa pihak yang perlu terlibat adalah:

  1. Indonesia Investment Authority (INA) sebagai pengelola utama dana, yang harus memastikan semua investasi dilakukan berdasarkan studi kelayakan, analisis risiko, dan pertimbangan matang.
  2. Badan Pengawas Keuangan (BPK) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berperan dalam memberikan pengawasan independen, untuk memastikan transparansi dan akuntabilitas.
  3. Pemerintah melalui Kementerian Keuangan dan lembaga terkait lainnya yang harus ikut serta dalam penentuan kebijakan dan pembiayaan proyek-proyek yang dipilih.
  4. Masyarakat juga memiliki peran penting dalam mengawasi aliran dana yang digunakan oleh Danantara, agar tidak terjadi penyalahgunaan.

Tanpa pengawasan yang ketat dan transparan, potensi penyalahgunaan dana ini akan semakin besar.

 

Potensi Kerusakan

Seiring dengan besarnya dana yang dikelola oleh Danantara, muncul beberapa potensi kerusakan yang bisa sangat merugikan negara:

  1. Ketidak Efisienan Pengelolaan Proyek: Setiap proyek yang dibiayai oleh Danantara, seperti pembangunan infrastruktur atau investasi energi terbarukan, memiliki risiko kegagalan. Tanpa rencana yang jelas dan manajemen yang baik, proyek yang seharusnya menghasilkan keuntungan malah bisa menjadi beban negara. Misalnya, proyek yang tidak memiliki studi kelayakan yang matang bisa mengalami overbudget, terlambat, atau bahkan gagal total.
  2. Peluang Korupsi: Dengan dana yang besar, korupsi menjadi salah satu risiko utama. Penyaluran dana yang tidak transparan dan proyek-proyek besar yang melibatkan banyak pihak bisa menumbuhkan peluang untuk penyalahgunaan. Anggaran yang besar sering kali menjadi godaan besar bagi oknum yang tidak bertanggung jawab, yang bisa merugikan negara dalam jumlah yang sangat besar.
Baca Juga  Crowdfunding Syariah sebagai Sumber Dana Alternatif untuk Petani Kecil di Yogyakarta

Risiko yang Perlu Dimitigasi

Untuk memastikan bahwa Danantara tidak justru menjadi beban ekonomi bagi Indonesia, berbagai risiko harus diidentifikasi dan dimitigasi. Beberapa risiko utama yang perlu diperhatikan adalah:

  1. Risiko Keuangan: Dana yang besar ini bisa terbakar jika tidak dikelola dengan bijak. Investasi yang tidak menguntungkan atau proyek gagal dapat menyebabkan kerugian finansial yang besar, bahkan memengaruhi stabilitas ekonomi negara.
  2. Risiko Politikal dan Regulasi: Kebijakan politik yang berubah bisa memengaruhi arah investasi dan pengelolaan dana. Perubahan pemerintahan atau kebijakan yang tidak konsisten bisa mengubah prioritas investasi, yang berisiko mengacaukan rencana-rencana jangka panjang Danantara. Selain itu, ketidakpastian regulasi di sektor tertentu bisa memperburuk situasi.
  3. Risiko Likuiditas: Karena sebagian besar dana akan diinvestasikan dalam proyek besar, ada potensi bahwa dana tersebut akan terkunci dalam jangka panjang. Jika terjadi krisis ekonomi atau kebutuhan mendesak untuk mencairkan dana, Danantara mungkin kesulitan untuk mengakses dana tersebut dengan cepat.
  4. Risiko Sistemik: Jika Danantara gagal mengelola dana atau mengalami kerugian besar, hal ini bisa berdampak pada seluruh sistem keuangan negara, bahkan mengganggu stabilitas ekonomi Indonesia. Kegagalan dalam satu proyek besar bisa menyebabkan penurunan kepercayaan investor dan memengaruhi ekonomi global Indonesia.

Simpulan, Waspadai Risiko dan Pengawasan Ketat

Danantara Indonesia Sovereign Fund (DISF) memiliki potensi besar untuk membawa kemajuan ekonomi, tetapi seperti celengan raksasa, jika tidak dikelola dengan hati-hati dan diawasi dengan ketat, dana besar ini bisa tidak optimal bahkan berisiko merugikan negara. Penyalahgunaan, ketidak efisienan, dan korupsi adalah risiko yang harus diwaspadai bersama.

Masyarakat, pemerintah, dan lembaga pengawas harus bekerja sama untuk memastikan transparansi, akuntabilitas, dan efisiensi dalam setiap langkah yang diambil oleh Danantara. Jika risiko-risiko ini bisa diminimalkan, maka Danantara bisa menjadi kekuatan besar yang membawa kemajuan bagi Indonesia. (Ed: Olan)

Penulis